Teknologi injeksi pada motor di Indonesia kini semakin populer, tetapi di di India,
teknologi tersebut ternyata ditinggalkan oleh masyarakat di sana.
Salah satu korban terbaru contohnya adalah Honda. Produsen motor asal Jepang tersebut terpaksa menghentikan salah satu varian CBF Stunner 125 PGM-FI karena rendahnya permintaan konsumen atas motor injeksi PGM-FI tersebut di India.
Padahal awal peluncuran motor tersebut pada 2009, Honda meyakini penjualan motor Honda bisa naik lantaran teknologi mutakhir itu.
Namun fakta di lapangan berbeda. Konsumen malah tidak tertarik membeli motor tersebut karena menilai tidak banyak perbedaan antara versi karburator dan injeksi dalam hal konsumsi BBM.
Masyarakat India merasa rugi karena harus membayar lebih mahal akibat tambahan teknologi FI khas Honda tersebut. Padahal dari aspek tenaga dan performa tidak ada perbedaan.
Bukan hanya Honda yang menghilangkan varian injeksi dari motornya, Bajaj juga menghapus injeksi dari varian Pulsar 220 DTS-Fi, sementara TVS menghilangkan injeksi di Apache RTR 160 FI.
Salah satu korban terbaru contohnya adalah Honda. Produsen motor asal Jepang tersebut terpaksa menghentikan salah satu varian CBF Stunner 125 PGM-FI karena rendahnya permintaan konsumen atas motor injeksi PGM-FI tersebut di India.
Padahal awal peluncuran motor tersebut pada 2009, Honda meyakini penjualan motor Honda bisa naik lantaran teknologi mutakhir itu.
Namun fakta di lapangan berbeda. Konsumen malah tidak tertarik membeli motor tersebut karena menilai tidak banyak perbedaan antara versi karburator dan injeksi dalam hal konsumsi BBM.
Masyarakat India merasa rugi karena harus membayar lebih mahal akibat tambahan teknologi FI khas Honda tersebut. Padahal dari aspek tenaga dan performa tidak ada perbedaan.
Bukan hanya Honda yang menghilangkan varian injeksi dari motornya, Bajaj juga menghapus injeksi dari varian Pulsar 220 DTS-Fi, sementara TVS menghilangkan injeksi di Apache RTR 160 FI.